Iklan Hukum

Rumah Hukum

Idul Fitri Diantara Pandemi Dan Kebahagiaan Hakiki

masrofiq.com
13/05/21



Ketika fajar menyingsing pada dini hari, kita tak hanya mendengar gemuruh suara takbir yang membesarkan Allah SWT. Jauh dalam lubuk hati, kita mendengar gemuruh perasaan yang mengharu-biru, gemuruh suara kepedihan dan kegembiraan, gemuruh suara tangis dan tawa.


Kita menangis karena mengenang Ramadan yang pada akhir waktunya, pada ujung jangkanya dan pada kesempurnaan bilangannya telah meninggalkan kita. Kita tertawa bahagia atas rasa syukur yang mengantarkan kita pada curahan rahmat kasih sayang Allah SWT, yang tidak ada batasnya, tidak ada hingganya dan tidak ada henti-hentinya.


Idul Fitri datang di tengah-tengah umat Islam yang sedang ditimpa musibah dan ujian wabah pandemi global. Yang tidak hanya meruntuhkan sendi-sendi ketahanan kesehatan masyarakat tetapi juga sendi-sendi ketahanan ekonomi dunia. Pandemi global telah memporak porandakan sistem kehidupan sosial yang telah ada selama ini.


Tata kehidupan berkelompok dengan banyak orang harus dibatasi, kesempatan dan aktifitas di luar rumah harus dihentikan dan pekerjaan di luar rumah yang selama ini dilakukan harus dihentikan. Saling berkunjung dan berkumpul antara sanak famili, keluarga dan kerabat yang menjadi tradisi lebaran tidak dapat lagi di lakukan. Dalam kondisi seperti ini tidak ada satupun orang yang tidak merasa sedih, mengeluh bahkan ada yang tidak menerima kenyataan ini.


Dibalik kenyataan itu, pada hakikatnya Allah SWT sedang mengingatkan kita akan kehidupan ini. Yang mana selama ini kita disibukkan dengan aktivitas dunia. Menghabiskan waktu dan umur dengan mengejar sesuatu yang belum tentu membahagiakan kita. Mengejar dunia dan segala isinya namun lupa dengan akhirat. Kita sibuk dengan dosa dan lalai dengan ibadah. Kita kejar kesenangan dunia dan kita lupakan kebahagiaan surga. Maka pantas Allah SWT, mengingatkan kita dengan musibah dan bencana akibat dosa-dosa yang kita lakukan. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. As-Syura: 30)


Dengan sabar Allah SWT membiarkan dan menunggu kita untuk kembali padaNya. Allah selalu menanti hamba-hambaNya yang mau melabuhkan perahunya pada tepian lautan kasih sayangNya. Allah SWT telah berfirman ”Dan jika sekiranya Allah menyiksa manusia karena apa yang mereka lakukan, tentu tidak akan tinggal dipunggung bumi ini satu makhluk pun (yang hidup), tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka sampai waktu yang ditentukan. Maka apabila waktunya ajal datang, maka sesungguhnya Allah selalu mengawasi (keadaan) hamba-hambaNya (QS. Al Fathir: 45).


Dalam kondisi musibah seperti ini kita telah melalui tahapan-tahapan malam Ramadan dengan baik, sehingga kita sampai di penghujung puasa dengan menjemput kemenangan hari raya Idhul Fitri. Suka dan duka Ramadan telah kita lalui, telah di izinkan Allah SWT melewati malam-malam Ramadan dengan rangkaian ibadah yang kita lakukan.


Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini, kita bergembira merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis Qudsi: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: ‘Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Seseorang kemudian berseru: ‘Wahai umat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata: ‘Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan”.


Perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit marilah kita kosongkan pikiran kita sejenak. Marilah kita ingat orang-orang yang kita cintai dalam hidup ini. Kenanglah ayah-ibu kita, kakek-nenek, suami-istri, kakak-adik, tetangga, kekasih atau siapapun mereka yang pada hari ini tidak dapat berbagi bahagia bersama. Ada diantara mereka yang sekarang lagi diperantauan, lagi terbaring sakit atau ada yang sudah dipanggil Allah untuk menghadapNya. Kemanakah ayah atau ibu yang pada lebaran lalu memeluk dan menyambut uluran tangan kita dengan kasih sayangnya? Kemanakah kakek atau nenek, yang pada lebaran lalu masih mencium kita?


Kemanakah suami atau istri yang pada lebaran lalu masih bersama-sama dengan keluarga? Kemanakah kakak atau adik kita yang pada lebaran lalu gelak tertawa berbagi bahagia bersama kita? Kemanakah tetangga, kekasih, sahabat yang lebaran lalu masih sempat menyalami kita dan mengirimkan kartu lebaran dan mengucapkan selamat. Ternyata, hari ini mereka tidak dapat berlebaran bersama kita, tidak bisa mengulurkan tangan untuk saling maaf memaafkan atas dosa-dosa kita. Tidak bisa kita undang mereka untuk berkumpul bersama dengan menikmati berbagai hidangan lebaran. Tetapi kita selalu memohon kepa Allah untuk memasukkan rasa bahagia kepada mereka semua.


Bagi mereka yang sudah tiada, harumkanlah kuburan mereka dengan wewangian doa-doa. Sampaikanlah salam tulus kami kepada mereka dan ringankan beban yang menimpa mereka di alam kubur.


Segera setelah shalat Ied ini, pancangkanlah tonggak silaturahmi dalam perjalanan sejarah kita. Selama ini kita telah menanam pohon penuh duri di tengah jalan raya kehidupan. Semua orang yang melewati kita, kita tusuk mereka dengan duri-duri tajam, kita sakiti hati mereka, kita cabik-cabik perasaan mereka dengan keangkuhan. Semakin sering seseorang itu hadir di depan kita, semakin banyak luka-luka dalam hatinya dan makin banyak rintihan dan tangisannya.


Di antara mereka itu ada orang tua kita, kerabat, teman sebaya, teman sekantor dan teman pergaulan dalam sehari-hari. Temuilah mereka kalau mereka masih hidup. Boleh jadi kita kecewa karena perilaku mereka. Marilah kita maafkan mereka dengan sepenuh hati. Jika ia adalah Ibu bapak kita, bersimpuhlah di hadapan mereka dan kenanglah beban yang mereka tanggung untuk melahirkan dan membesarkan kita. Jika mereka adalah sahabat dan orang-orang dekat kita ingatlah kebaikannya. Bahagiakan mereka sehingga dapat melihat lagi di wajah-wajah mereka senyuman tulus yang menyejukkan hati.


Saling memohon maaf kepada mereka karena selama ini ucapan dan perilaku telah melukai mereka. Meskipun tak bisa bertemu dan berjabat salam bersama karena ada larangan untuk mudik. Tentu sama sekali tidak mengurangi dari esensi atau nilai-nilai dari perayaan hari raya Idul Fitri. Bagaimanapun juga hari raya ini harus tetap kita rayakan dengan penuh suka cita. Silaturahim masih tetap bisa kita lakukan dengan cara virtual atau lewat dunia maya dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang sudah ada.

 

Kita telah bejuang untuk menjadi orang-orang yang saleh dan taat, kita telah menunaikan segala kewajiban yang telah diperintahkan. Setelah melaksanakan puasa, di akhir ramadan kita di wajibkan membayar zakat fitrah. Semua itu sudah kita tunaikan dan semua amalan itu kita serahkan kepada Allah SWT. Zakat yang telah kita keluarkan diharapkan dapat meringankan beban kehidupan orang-orang yang tidak mampu di sekeliling kita. Apalagi di saat-saat sulit seperti hari ini akibat musibah covid-19 yang belum berakhir.


Perjuangan kita selama Ramadan telah berakhir. Seluruh rangkaian ibadah yang kita lakukan diharapkan menjadi ibadah terindah dan terbaik dalam hidup. Kita telah berjuang menahan hawa nafsu dengan ibadah puasa, kita berjuang mempertahankan luapan keinginan berkumpul bersama dengan taat aturan pemerintah.


Semua itu kita lakukan hanyalah semata-mata agar segala ibadah yang kita lakukan dapat kita laksanakan dengan baik dan musibah global segera diangkat Allah SWT.


Mudah-mudahan hari raya Idul Fitri tahun ini dan hari ini menjadi Idul Fitri yang terindah dalam hidup kita. Menjadi sejarah baru dalam kenangan kita. Menjadi momentum perjuangan yang tiada tara untuk menjemput kebahagiaan yang hakiki di sisi Allah SWT. Aamiin.


Meskipun tak bisa bertemu dan berjabat salam bersama, izinkan saya dan keluarga memohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan. Semoga kita dilimpahkan pahala dan selalu diberikan kesehatan.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H
Mohon Maaf Lahir Dan Batin