Iklan Hukum

Rumah Hukum

Ramadan Usai Idul Fitri Tetap Happy Di Masa Pandemi

masrofiq.com
24/05/20


Satu bulan sudah kita menjalankan ramadan dengan berpuasa. Meskipun ramadan tahun ini dibarengi dengan merebaknya pandemi Covid 19, Selayaknya mampu menjadikan kita sebagai pribadi muslim yang memiliki hati yang lembut, semakin tinggi nilai simpati dan empati kepada sesama. Karena hakikat puasa ramadan mengajarkan nilai kesalehan individual dan nilai-nilai kesalehan sosial.

Ditengah maraknya virus corona, kita tetap tinggal dirumah saja dan melakukan karantina pribadi dirumah. Begitu pula selama bulan suci ramadan ini merupakan momentum untuk karantina ruhani, dengan berpuasa selama 30 hari dibulan ramadan sama saja telah melakukan karantina ruhani. Jika selama karantina dilakukan tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, maka karantina ruhani tersebut juga menjadi sia-sia belaka. Karena arti puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga. Namun puasa juga menjadi karantina ruhani dengan menahan seluruh anggota tubuh, pikiran dan hatinya dari berbuat dosa. Sehingga ketika Hari Raya Idul Fitri tiba, hati dan jiwa kita menjadi lembut.

Meskipun Hari Raya Idul Fitri kali ini dijalankan sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Namun kemenangan hari ini harus kita rayakan di tengah gempuran pandemi yang belum juga mereda.

Di kala pandemi global ini semua gerakan terbatas, masjid-masjid tutup, acara komunitas dibatalkan dan kunjungan ke rumah keluarga atau teman ditiadakan. Hingga shalat Id  juga harus dilaksanakan oleh sebagian masyarakat di rumah masing-masing bersama keluarga.

Kita harus rela kehilangan megahnya tradisi hari raya. Namun demikian, hakikat kemenangan Idul Fitri tidaklah sirna seketika. Karena hakikat hari raya bukanlah hura-hura atau pesta pora. Ini adalah momentum untuk introspeksi diri. Setelah sebulan penuh kita melakukan karantina ruhani dengan puasa dan berbagai rangkaian ibadah yang menyertainya, seharusnya pada Hari Raya Idul Fitri ini kita terlahir kembali sebagai manusia paripurna tanpa berlumur dosa.

Dengan adanya himbauan lebaran di rumah saja dan tidak mudik ke kampung halaman, sama sekali tidak mengurangi dari esensi atau nilai-nilai dari perayaan hari raya. Tanpa sedikitpun mengurangi rasa hormat kita pada saudara-saudara kita yang terdampak Covid 19, bagaimanapun juga hari raya ini harus tetap kita rayakan bersama keluarga kita di rumah masing-masing dengan penuh suka cita. Silaturahim masih tetap bisa kita lakukan dengan cara virtual atau lewat dunia maya.

Meski begitu, silaturahim saat lebaran tetap bisa dilaksanakan, hanya saja kali ini caranya berbeda. Walaupun bersalam-salaman ketika bermaaf-maafan akan melebur dosa, tetapi jika khawatir malah akan menularkan atau tertular virus corona, maka hindari kontak fisik, kerumunan dan tetap jaga jarak. Kita masih bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan cara virtual atau lewat dunia maya untuk bersilaturahim dengan keluarga saudara dan kerabat.

Walaupun banyak perbedaan yang dirasakan, semoga segala ibadah yang kita jalani tetap diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan keberkahannya. Walaupun tidak bisa bertemu dan tidak bisa berjabat tangan karena adanya pandemi. Kita harus tetap bahagia merayakan Idul Fitri meskipun lebaran di rumah aja. Untuk membuat suasana lebaran semakin hangat, jangan lupa untuk memengucapkan hari raya Idul Fitri dan meminta maaf kepa keluarga dan saudara-saudara kita.

Begitu juga dengan saya pribadi Muhammad Rofiq atau atas nama media Epistemik dan atas nama pusat konsultasi hukum gratis di Rumah Hukum juga ingin meminta maaf atas kesalahan yang pernah saya lakukan.

Meskipun tak bisa bertemu dan berjabat salam bersama karena virus corona, izinkan saya dan keluarga, memohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan. Semoga kita dilimpahkan pahala dan selalu diberikan kesehatan. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Mohon maaf lahir dan batin.