Iklan Hukum

Rumah Hukum

Cinta Sejati: Berjuang Sewajarnya Dan Cintailah Karena Robnya

masrofiq.com
31/05/21


Ada banyak kisah tentang perihal cinta sejati yang bisa didapat dari setiap pertemuan dan garis hidup yang ditempuh setiap insan. Baik dalam cerita di film-film roman yang mungkin itu sebagian kisah perjalanan hubungan yang bisa kita saksikan pahit getirnya sebuah perjuangan demi mendapatkan cinta dan kasih sayang, bahkan rela mati-matian asal tidak ada kata perpisahan.


Namun jika diperoleh sebuah pertanyaan, apa itu cinta sejati? Perlukah kita rela mati-matian seperti dikisahkan dalam film-film roman? Rasanya itu tak perlu lagi, sebab berjuang bukan untuk mati tetapi berjuang untuk meraih cinta sejati.


Perihal cinta sejati tentu seseorang tak akan berhenti dan mencari celah setiap sisi demi menuai kebersamaan yang hakiki. Jika kita merasa terpanggil oleh hati meskipun ia di balik bukit yang tinggi, di hamparan luas gurun Sahara, di antara benua Eropa dan Amerika hingga benua Asia dan Australia itu bukan hambatan untuk menjemputnya, selagi ia masih setia maka rangkullah untuk bisa menciptakan hidup bersama-sama.


Meski darimana pun asalnya, bagaimana pun rupa kulitnya, bahasa apapun yang dipakai, dari kalangan manapun ia, ras, rupa, suku, bangsa dan segala jenis budaya di muka dunia, itu tak terpandang oleh hati karena cinta sejati tentu ia ingin memilikinya walau di negeri manapun tentu ia punya alasan untuk mendapatkannya.


Namun dibalik jarak yang memisahkan tentu ada sebuah pengorbanan yang harus dipersiapkan untuk menerima segala jerih payah, luka, perih dan kecewa selama menjalaninya.


Tetapi, selagi masih ada kesempatan, enyamlah pengorbanan itu agar dapat dikatakan mampu dan bukan hanya mendengung gombalan yang rancu bagai bualan senjata untuk menjadi menantu di keluarga priyayi seperti kemauan hasrat. Andaipun cinta berkehendak bukan berarti sudah dianggap layak, butuh suatu upaya untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginan bukan hanya diam dan terpaku. Cinta sejati tidak hanya dikenali melainkan dilakoni sepenuh hati, agar suatu kelak terciptalah bahagia dengan wujud-wujud beraneka rupa, termasuk kata juang dinyatakan dalam aksi untuk menjemput kenyataan lebih berarti.


Dalam hal berjuang sejatinya juga punya batasan, tetapi acapkali kita teramat berlebihan dalam menimang kata juang, harusnya bila usahamu tandas jangan sesekali merengek memelas, sebab untuk mendapatkan cinta sejati tak perlu menelan hati yang kerap melafalkan sakit hati.


Dari ujung pinggiran orang-orang pernah mengatakan, Ketika cinta bertahta menciptakan bahagia maka semua rasa duka telah sirna yaitu saat-saat bersama dengan orang yang dikasihinya, baik di waktu pagi dan petang bahkan malam yang larut hingga terbit fajar menyambut namun dipikiran tetap dia yang tersayang tersaji apik dalam ingatan dan tak kenal lagi yang namanya masa kelam, seolah hidup seperti energi terbarukan sebab ditumbuhi bunga-bunga bertangkai perasaan.


Adakalanya cinta dianggap gila yang terkadang menuntun seseorang hidup menjadi tak sewajarnya, seperti halnya yang terkisah dari teologi perasaan oleh sepasang kekasih yang tak menyatu yaitu Qais dan Laila, seorang Qais dianggap telah hilang kesadarannya karena terlalu menuruti cintanya pada Laila, padahal ia hanya jatuh hati dengan cinta sejatinya, banyak orang tidak memahami apa yang dirasakannya karena pada dasarnya seseorang tersebut tidaklah mengerti apa itu cinta sejati yang tumbuh dari hati.


Mereka semua hanya tahu memaki karena dianggap tak sadarkan diri perihal apa yang ia yakini. Cinta sejati memang tidak selalu erat dengan kebersamaan dan pada Laila dan Majnun itu hanya mampu dirasakan tapi tidak saling dipersatukan. Bersama itu, di tengah bualan orang-orang sekitar, Qois mengatakan "Aku hanya jatuh cinta, aku tidaklah gila seperti yang kalian kira." Dan benar adanya itu hanya perihal cinta tetapi orang-orang sudah menduga-duga tak terhingga. Ada yang berbisik pula dari kalangan pendengar kisah-kisahnya Qois dan Laila. "Meraih cinta sejati tak perlulah sampai menelan hati yang membuat tak sadar diri. Cukuplah cuma Qois aja yang begini."


Dari sayup-sayup suara hening di balik sana, terdengar bisikan bahwa cinta adalah perpanjangan kasih sayang Tuhan untuk semua hambanya, dan tentu saja siapapun bisa ditimpai jatuh hati meskipun tak diingini bahkan ada yang menolaknya, tetapi pada dasarnya ia akan bahagia dengan itu meski dibungkus sedemikian rupa dan tak ingin siapapun yang mengetahuinya. Namun tetap saja itu akan tertampilkan melalui tingkah lakunya yang berbeda dari sebelumnya.


Sebab cinta adalah anugerah, kehadirannya tak pantas kita tolak meski dengan alasan apapun. Hanya saja kita jangan salah mengarahkannya kepada jalan yang tidak di ridhoiNya dan cintailah karena Robnya. Karena meraih cinta itu butuh perjuangan tetapi tak sampai mati-matian untuk mendapatkannya yang dibutuhkan hanyalah semangat dan motivasi meraihnya bukan tandas ketika tak memilikinya.